Libur semester yang tidak banyak
kerjaan, tapi pikiran dan mental tidak pernah berhenti bekerja tiap hari.
Libur semester ini menjadi libur
semester kedua aku tidak pulang menikmati liburan panjang di rumah. Sepertinya
akan selalu seperti ini, karena itu konsekuensi yang harus aku ambil ketika
memutuskan untuk kuliah jauh dari rumah.
Kali ini liburannya cukup melatih
kesabaran dan membuat otak berpikir keras: mulai dari mengerjakan tanggung
jawab sebagai subkoodinator salah satu riset PKL sampai merasakan kesepian di
kos karena kebanyakan teman kos pulang untuk liburan. Tiap hari waktu ku selalu
habis untuk bermain instagram, membaca semua informasi yang disuguhkan, melihat
pencapaian-pencapaian orang lain yang tampak begitu membahagiakan, hidup terasa
tertinggal.
Menelpon orang di rumah terutama
ibu kadang membuat semuanya terasa baik-baik saja untuk sementara waktu.
Mendengar suara ibu walau hanya sebentar terasa sangat melegakan, setidaknya
mental masih merasa bahwa ‘aku masih punya alasan untuk bertahan’. Menghubungi ibu
di rumah sifatnya terbatas, ibu tidak punya Whatsapp yang bisa aktif tiap hari
dan mendengar cerita anaknya tiap membutuhkan bantuan, aku hanya bisa menelpon
ibu satu kali seminggu, itu pun kadang tidak sampai 10 menit, tapi aku menikmati
itu semua.
Hal paling menjengkelkan dari hidup
sendirian jauh dari rumah adalah ketika menjelang tidur, pikiran terasa
berjalan jauh ke momen-momen di mana semuanya terasa membahagiakan: bapak masih
hidup, teman-teman masih banyak, tidak perlu memikirkan besok akan makan apa
dan uang buat bulan ini cukup atau tidak, semua terasa sempurna.
Jakarta, 12 Agustus 2023
Riyand
Comments