Skip to main content

Target SDGs Tercapai 2078?


                                                                Sumber : sisschools.org

Pada tahun 2000, para pemimpin dunia sepakat untuk membuat target yang sangat ambisius mengenai masa depan dunia, Millenium Development Goals (MDGs). Tujuan dari MDGs ada 8 yaitu (1) memberantas kemiskinan dan kelaparan; (2) mencapai pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan ibu; (6) mengendalikan HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; (7) menjamin kelestarian lingkungan hidup; dan (8) Mengembangkan kemitraaan global untuk pembangunann (SMERU Research Institute, 2017).

Selama 15 tahun tersebut, pemerintah dan lembaga internasional diberikan dana yang sangat banyak—lebih banyak dari yang mereka miliki sebelumnya, untuk mencapai  21 target yang ada dalam 8 tujuan tersebut. Dari 21 target yang diharapkan, banyak yang memang menunjukkan perkembangan seperti mengurangi kelaparan, mengurangi kemiskinan, dan semakin sedikitnya kasus meninggal yang disebabkan oleh penyakit seperti tuberculosis, malaria dan HIV. Di sisi lain juga ada beberapa target yang masih belum terwujud seperti air minum bersih dan sanitasi yang layak.

MDGs resmi berakhir di tahun 2015. Sebagai gantinya, 193 negara termasuk Indonesia sepakat untuk terlibat dalam agenda pembangunan baru yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan dari SDGs memiliki cakupan yang lebih besar dari MDGs. Sustainable Development Goals (SDGs) lebih komprehensif dan melibatkan lebih banyak negara. SDGs mencakup 17 tujuan yaitu (1) Dunia Tanpa Kemiskinan; (2) Dunia Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Bawana, 2018).

Indeks SDGs

Indeks SDGs adalah indikator yang menilai kinerja keseluruhan negara yang terlibat dalam agenda ini. Perhitungannya memberikan bobot yang sama untuk setiap tujuan yang telah dicapai (Sachs et al., 2022).                                          

       
                                       Sumber : Sutainable Development Report 2022

Indeks SDGs dari tahun 2015 sampai tahun 2019 rata-rata mengalami kenaikan sebesar 0.5 per tahun. Tahun 2021 adalah tahun di mana Indeks SDG tidak mengalami perubahan untuk kedua kalinya setelah sebelumnya juga dialami pada tahun 2020. Hal tersebut dinilai disebabkan oleh pandemi covid-19 yang menyulitkan beberapa negara untuk menjalankan program untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

SDG-1 (Tanpa Kemiskinan) dan SDG-8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) memiliki skor penurunan paling besar dari tahun 2019. Hal itu sangat dipengaruhi oleh beberapa krisis selama periode 2019-2021 yang terjadi di beberapa negara di dunia, khususnya di negara berpenghasilan rendah dan di negara yang menggantungkan ekonominya paling banyak di sektor wisata.

SDGs Telat 50 Tahun?

Menurut Presiden Konsensus Kopenhagen dan rekan tamu di Hoover Institution Universitas Stanford, Bjorn Lomborg, dalam artikelnya yang dimuat di TheJakartaPost pada 14 februari 2023, target-target SDGs yang awalnya dijanjikan akan tercapai di tahun 2030 itu sepenuhnya akan bisa tercapai di tahun 2078 alias terlambat hampir setengah abad. Perhitungannya didasarkan pada trend indeks SDGs dari tahun 2015 sampai 2019 yang tidak menunjukkan progress yang begitu signifikan.


                                                      Sumber : twitter.com/BjornLomborg

Selain itu, berdasarkan trend dari data yang ia teliti, Indonesia telah membuat progress yang jauh lebih baik daripada negara lainnya dalam rangka mencapai target SDGs, tetapi Indonesia diprediksi akan mencapai target SDGs pada tahun 2053, masih jauh dari target tahun yang diharapkan.

Salah satu strategi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah mengenai target SDGs ini adalah dengan memilih target mana yang paling penting untuk diselesaikan terlebih dahulu. Kita akan sukses mencapa target SDGs yang diinginkan jika kita bisa menentukan prioritas.

 

 

Daftar Pustaka

Bawana. (2018). Sustainable Development Goals SDGs Pengantar.

Sachs, J., Kroll, C., Lafortune, G., Fuller, G., & Woelm, F. (2022). Sustainable Development Report 2022. In Sustainable Development Report 2022. https://doi.org/10.1017/9781009210058

SMERU Research Institute. (2017). Dari MDGs ke SDGs : Memetik Pelajaran dan Menyiapkan Langkah Kongkret. Buletin SMERU Research Institute, 2(2), 1–39. www.smeru.or.id/sites/default/files/publication/news201702.pdf

 

Comments

Popular posts from this blog

Mengulas Penggunaan VAR dalam Sepakbola: Kekurangan dan Upaya Menggantikan dengan VAR Berbasis Artificial Intelligence

  Sepakbola merupakan salah satu olahraga dengan penikmat terbesar di dunia. Dilansir dari   World Population Review,  sepak bola menjadi cabang olahraga paling populer di dunia dengan jumlah penikmat 3.5 miliar orang. Salah satu faktor yang membuat sepakbola begitu besar adalah jumlah pemain yang terlibat. Olahraga ini dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia, dari tingkat amatir hingga profesional. Setiap negara memiliki liga sepakbola sendiri dengan tim-tim yang bersaing di level nasional dan internasional. Penggunaan Video Assistant Referee (VAR) Dalam Sepakbola “VAR is like a parachute, it’s better to have it when you need it.” Video Assistant Referee  (VAR) adalah tekonologi yang digunakan dalam sepakbola untuk membantu wasit untuk membuat keputusan dalam pertandingan. VAR pertama kali diperkenalkan dan diuji coba dalam pertandingan persahabatan antara Timnas Italia dan Belanda pada tahun 2012. Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (bahasa inggris: Interna...

Satu Tahun Menjadi Mahasiswa Rantau

  Libur semester yang tidak banyak kerjaan, tapi pikiran dan mental tidak pernah berhenti bekerja tiap hari. Libur semester ini menjadi libur semester kedua aku tidak pulang menikmati liburan panjang di rumah. Sepertinya akan selalu seperti ini, karena itu konsekuensi yang harus aku ambil ketika memutuskan untuk kuliah jauh dari rumah. Kali ini liburannya cukup melatih kesabaran dan membuat otak berpikir keras: mulai dari mengerjakan tanggung jawab sebagai subkoodinator salah satu riset PKL sampai merasakan kesepian di kos karena kebanyakan teman kos pulang untuk liburan. Tiap hari waktu ku selalu habis untuk bermain instagram, membaca semua informasi yang disuguhkan, melihat pencapaian-pencapaian orang lain yang tampak begitu membahagiakan, hidup terasa tertinggal. Menelpon orang di rumah terutama ibu kadang membuat semuanya terasa baik-baik saja untuk sementara waktu. Mendengar suara ibu walau hanya sebentar terasa sangat melegakan, setidaknya mental masih merasa bahwa ‘aku...

Tulisan adalah Media Terbaik Untuk Menyimpan Kenangan

Saya suka menulis karena saya orang yang pelupa. Setiap hal yang akan saya lakukan dan hal-hal penting yang saya temui biasanya saya tulis di aplikasi note yang ada di handphone mulai dari kord lagu yang baru saya ulik sampai draf pesan yang akan dikirim ke dosen jika ada keperluan. Bagi saya, tulisan adalah media terbaik untuk menyimpan kenangan. Tulisan bisa membangkitkan memori dari momen-momen yang pernah terjadi di waktu lalu. Saya membuat blog ini ketika kelas satu SMA. Waktu itu tujuannya hanya untuk menjadi media untuk berlatih menulis. Isinya sebenarnya sederhana, kadang hanya berisi cerita-cerita keseharian sebagai siswa yang sebenarnya tidak terlalu penting karena tujuannya hanya untuk menyimpan cerita, kadang juga berisi cerita-cerita perjalanan bersama teman-teman yang sayang kalau hanya diabadikan dalam bentuk foto—karena kalau hanya dalam bentuk foto sering lupa hal-hal yang terjadi waktu itu. Kenapa harus lewat blog? kenapa tidak disimpan sendiri saja di dalam me...