Libur semester yang tidak banyak kerjaan, tapi pikiran dan mental tidak pernah berhenti bekerja tiap hari. Libur semester ini menjadi libur semester kedua aku tidak pulang menikmati liburan panjang di rumah. Sepertinya akan selalu seperti ini, karena itu konsekuensi yang harus aku ambil ketika memutuskan untuk kuliah jauh dari rumah. Kali ini liburannya cukup melatih kesabaran dan membuat otak berpikir keras: mulai dari mengerjakan tanggung jawab sebagai subkoodinator salah satu riset PKL sampai merasakan kesepian di kos karena kebanyakan teman kos pulang untuk liburan. Tiap hari waktu ku selalu habis untuk bermain instagram, membaca semua informasi yang disuguhkan, melihat pencapaian-pencapaian orang lain yang tampak begitu membahagiakan, hidup terasa tertinggal. Menelpon orang di rumah terutama ibu kadang membuat semuanya terasa baik-baik saja untuk sementara waktu. Mendengar suara ibu walau hanya sebentar terasa sangat melegakan, setidaknya mental masih merasa bahwa ‘aku...
Semester empat menjadi semester yang paling seru sejauh menjadi mahasiswa di sini. Ya, kata seru kadang tidak selalu berfungsi untuk menggambarkan suatu kondisi yang membahagiakan. Semester empat berat, tapi seru. Bertemu dengan berbagai mata kuliah yang ‘statistika banget’ seperti analisis regresi dan analisis data kategorik bukan menjadi hal yang membuatku menganggap semester ini adalah semester paling berat—ya karena semester lalu sudah bertemu dengan matkul yang menurutku lebih berat dari ini, apalagi kalau bukan statmat. TPKI, sebuah mata kuliah yang mempejari cara menulis karya ilmiah dari nol. Mata kuliah ini akan menjadi bekal mahasiswa untuk menjalani tingkat akhir yang akan penuh dengan dunia skripsi. Mata kuliah ini menurutku sangat berat. Selain karena memang dunia penelitian lumayan susah untuk ditekuni, memiliki waktu untuk konsisten menulis blog tiap minggu adalah satu hal yang lebih berat dari mengerjakan 100 buah soal statmat II. Sebagai pribadi yang tidak terl...